Faktor Pembentuk Tanah
Faktor pembentukan tanah merupakan faktor yang menentukan dalam pembentukan jenis-jenis tanah. Faktor-faktor pembentukan tanah pada mulanya dikemukakan oleh Dokuchaev (1883) dengan persamaan :
T = f (i, o, b) w
Dimana:
T = Tanah b = Bahan Induk
i = Iklim w = Umur Tanah
o = Organisme
Mengenai jenis faktor tanah yang mempengaruhi pada proses pembentukan tanah, tampaknya berbeda di setiap tempat. Tanah spodosol merupakan tanah tua yang berkembang dari bahan induk pasir, dengan tingkat kesuburan rendah sehingga perlu diketahui kendala-kendala dalam usaha pengelolaan.
Batasan Tanah
Marbut (1940) beranggapan bahwa tanah merupakan suatu sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan berbeda dengan bahan-bahan dibawahnya yang tidak bau dalam hal warna bangunan fisik struktur dan yang lainnya.
Tanah merupakan suatu system yang ada dalam suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungannya. Tanah tersusun atas lima komponen sebagai berikut:
1. Partikel mineral, berupa fraksi anorganik, hasil perombakan bahan-bahan batuan dan anorganik yang terdapat dipermukaan bumi.
2. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang serta berbagai hasil kotoran binatang (5%).
3. Air (20-30%)
4. Udara tanah (20-30%)
5. Kehidupan jasa tehnik
6. Profil tanah
Profil Tanah
Profil tanah merupakan sebuah irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan menggali tanah. Horijon merupakan lapisan tanah yang terbentuk karena adanya variasi komposisi, tekstur dan struktur tanah. Profil tanah pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 macam horizon, mulai dari yang teratas sampai kebagian yang terdalam mulai dari zona o, a, b dan c.
Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu hal penting dalam mempelajari tanah. Melalui warna tanah kita dapat mengetahui kandungan bahan-bahan organik.
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat dalam buku Musel Soil Chart. Warna baku ini adalah warna di susunan oleh tiga variabel yaitu: Hue, Vaiue dan Corona. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombang. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan jumlah sinar yang dipantulkan. Choroma menunjukkan kemurnian dan kekuatan dari warna spektrum.
Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah, gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan tanah liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksida besi dll. Contohnya adalah daerah curah hujan, umumnya ditemukan struktur remah atau granuler di permukaan dan di horizon bawah.
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah memiliki berbagai versi. Terdapat kesulitan teknis dalam melakukan klasifikasi untuk tanah karena banyak hal yang memengaruhi pembentukan tanah. Selain itu, tanah adalah benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi, dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah.
Dalam melakukan klasifikasi tanah para ahli pertama kali melakukannya berdasarkan ciri fisika dan kimia, serta dengan melihat lapisan-lapisan yang membentuk profil tanah. Selanjutnya, setelah teknologi jauh berkembang para ahli juga melihat aspek batuan dasar yang membentuk tanah serta proses pelapukan batuan yang kemudian memberikan ciri-ciri khas tertentu pada tanah yang terbentuk.
Berdasarkan kriteria itu, ditemukan banyak sekali jenis tanah di dunia. Untuk memudahkannya, seringkali para ahli melakukan klasifikasi secara lokal. Untuk Indonesia misalnya dikenal sistem klasifikasi Dudal-Soepraptohardjo (1957-1961)[1] yang masih dirujuk hingga saat ini di Indonesia untuk kepentingan pertanian, khususnya dalam versi yang dimodifikasi oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi (Puslittanak) pada tahun 1978 dan 1982.
Pada tahun 1975 dirilis sistem klasifikasi USDA (Departemen Pertanian AS). Sistem ini dibuat karena sistem-sistem klasifikasi lama saling tumpang tindih dalam penamaan akibat perbedaan kriteria. Dalam pemakaiannya, sistem USDA memberikan kriteria yang jelas dibandingkan sistem klasifikasi lain, sehingga sistem USDA ini biasa disertakan dalam pengklasifikasian tanah untuk mendampingi penamaan berdasarkan sistem FAO atau PPT (Pusat Penelitian Tanah). Kelemahan dari sistem ini, khususnya untuk negara berkembang, adalah kriterianya yang sangat mendasarkan pada analisis laboratorium yang rinci, sehingga para praktisi sulit untuk mendefinisikan langsung di lapangan. Walaupun demikian, sistem USDA sangat membantu karena memakai sistem penamaan yang konsisten.
Untuk komunikasi di antara para ahli tanah dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah mengembangkan sistem klasifikasi tanah pula sejak 1974. Pada tahun 1998 kemudian disepakati dipakainya sistem klasifikasi WRB dari World Reference Base for Soil Resources, suatu proyek bentukan FAO, untuk menggantikan sistem ini. Versi terbaru dari sistem WRB dirilis pada tahun 2007.
Best Solution
For Green Business
Development
Labels
- Biologi Tanah (1)
- Kesehatan (3)
- Kesesuaian Lahan (5)
- Kesuburan Tanah (1)
- Kimia Tanah (1)
- Klasifikasi Tanah (1)
- Konservasi Tanah dan Air (4)
- Lahan Kering (1)
- Materi PMI (3)
- Pedologi Tanah (1)
- Umum (1)
My Profil
About Me
Total Pengunjung
SMS Gratis
Rabu, 16 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar