Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi.
Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).
2. Menjelaskan pentingnya evaluasi lahan
Evaluasi sumber daya lahan berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan- hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil (Sitorus, 1995).
3. Menjelaskan pendekatan dalam evaluasi lahan
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan yaitu :
a. Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke dalam beberapa kategori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan lahan tersebut, dan
b. Evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan dinyatakan dalam term ekonomi berupa masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian ini adalah evaluasi secara kualitatif (Arsyad, 1989).
Topik: Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan
1. Menjelaskan Batasan Evaluasi Lahan
Lahan merupakan lingkungan yang komplek dimana terdiri dari iklim, relief, tanah, hidrologi, vegetasi, dan semua mahluk hidup yang berperan dalam penggunaannya. Oleh sebab itu evaluasi lahan merupakan penilaian terhadap keragaan (performance) dari lahan untuk berbagai tujuan penggunaan yang spesifik (FAO, 1976 dalam Hakim,2002).
2. Menjelaskan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik temasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam arti yang lebih luas termasuk yang telah diolah oleh aktivitas manusia baik masa lalu maupun masa kini (Arsyad, 1989). Evaluasi lahan adalah proses penilaian, penampilan atau keragaan (perfomance) lahan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan mengadakan perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).
3. Menjelaskan Tujuan Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu yang memberikan harapan positif. Evaluasi tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis-analisis ekonomi, social, dan dampak lingkungan (Worosuprodjo, S, 1997). Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya (Jamulya, Yunianto, 1993).
4. Menjelaskan Manfaat Evaluasi Lahan
membantu kepentingan upaya pemanfaatan lahan secara optimal disertai dengan tindakan konservasi agar tidak terjadi kerusakan pada lahan yang pada akhirnya akan diperoleh hasil yang optimal dan lestari.
5. Menjelaskan Pendekatan Evaluasi Lahan
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan yaitu :
a. Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke dalam beberapa kategori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan lahan tersebut, dan
b. evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan dinyatakan dalam term ekonomi berupa masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian ini adalah evaluasi secara kualitatif (Arsyad, 1989).
6. Menjelaskan Penyajian Hasil Evaluasi Lahan
Penyajian hasil evaluasi lahan dibedakan:
a. Evaluasi lahan secara kualitatif; yakni hasil evaluasi lahan dinyatakan secara kualitatif tanpa merinci tentang besar produksi, masukan, ataupun keuntungan bersih.
b. Evaluasi lahan secara kuantitatif; yakni hasil evaluasi lahan dinyatakan dalam angka, sehingga dapat membandingkan beberapa tipe penggunaan lahan. Evaluasi lahan kuantitatif dibedakan dalam kuantitatif fisik dan ekonomi.
7. Menjelaskan Tipe Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu : penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian secara garis besar dibedakan ke dalam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di lahan tersebut. Hal ini dikenal macam penggunaan lahanseperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung,padang alang- alang, dan sebagainya (Arsyad, 1989).
Contoh pengelompokan tipe penggunaan lahan adalah sebagai berikut :
a. Perladangan
b. Tanaman semusim campuran, tanah darat, tidak intensif
c. Tanaman semusim campuran, tanah darat, intensif
d. Sawah, satu kali setahun, tidak intensif
e. Sawah, dua kali setahun,intensif
f. Perkebunan rakyat (karet, kopi, cokelat, atau jeruk), tidak intensif
g. Perkebunan rakyat intensif
h. Perkebunan besar, tidak intensif
i. Perkebunan besar, intensif
j. Hutan produksi, alami
k. Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya
l. Padang pengembalaan, tidak intensif
m. Hutan lindung
n. Cagar alam
8. Menjelaskan Sifat-sifat lahan
Berdasarkan sifat-sifat dari penggunaan lahan, lahan dibedakan berdasarkan iklim, landform (litologi dan topografi), tanah dan hidrologi sehingga terbentuk satuan lahan. Dari satuan lahan tersebut yang digunakan menjadi dasar keperluan analisis dan interpretasi dalam menilai potensi atau kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan dari lahan tersebut.
9. Menjelaskan Kualitas / karakteristik pembatas lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau “atribut” yang kompleks dari suatu lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaman tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan kadang dapat diduga atau diukur secara langsung dilapangan, tetapi umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan.
10. Menjelaskan Persyaratan tumbuh tanaman
Semua untuk tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu, persyaratan tersebut terutama untuk energy radiasi, temperature yang cocok untuk pertumbuhan, kelembaban, oksigen, dan unsure hara. Peryaratan temperature dan kelmbaban sering digabungkan disebut periode pertumbuhan (FAO, 1976). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran terdiri dari : drainase, tektur, struktur, konsistensi, dan kedalaman efektif tanah.
11. Menjelaskan Evaluasi kesesuaian lahan
Kesesuaian lahan (land suitability) adalah sistem klasifikasi kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu (FAO, 1976) sedangkan pengertian kesesuaian lahan menurut Huizing (1991) kesesuaian lahan dipergunakan untuk maksud-maksud klasifikasi yang lebih detail, seperti kecocokan untuk jenis tanaman tertentu, spesies pohon dan tipe bangunan tertentu. Jadi kesesuaian lahan adalah sistem klasifikasi kecocokan untuk jenis tanaman tertentu. Di samping itu, pada kesesuaian lahan juga memasukkan istilah masukan (input) seperti jumlah bibit dan jumlah pupuk, biaya dan jangka waktu investasi.
12. Menjelaskan Evaluasi kesesuaian Lahan aktual
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini merupakan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang tidak ada dan tidak mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan lahan. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang diduga terdapat pada satuan lahan yang dievaluasi, ada sifatnya permanen/tidak ekonomis untuk diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan teknologi yang tepat (Zhiddiq, 2003).
13. Menjelaskan Evaluasi kesesuaian Lahan potensial
Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan atau improvemen. Dalam hal ini perlu adanya perincian faktor-faktor ekonomis dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan (Zhiddiq, 2003).
Topik: Cara penelitian kemampuan lahan
1. Menjelaskan bahan penelitian evaluasi kemampuan lahan
a. Citra Foto Udara Pangkhromatik Hitam Putih skala 1 : 25.000, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
b. Peta Rupabumi skala 1 : 50.000, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
c. Peta Geologi skala 1 : 100.000 yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional.
d. Peta Jenis Tanah skala 1 : 100.000 yang dikeluarkan Badan Pertanahan.
e. Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 100.000 yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional.
2. Menjelaskan alat penelitian evaluasi kemampuan lahan
Alat pengukuran lapangan:
a. Global Position System (GPS), untuk penentuan posisi di permukaan bumi (titik koordinat).
b. Abney level, untuk mengukur kemiringan lereng
c. Kompas geologi, untuk mengetahui arah azimuth dan kemiringan lereng.
d. Roll meter, untuk mengukur kedalaman efektif tanah dan panjang lereng.
e. Pisau lapang, untuk meratakan profil tanah dan untuk pengamatan struktur tanah.
f. Buku Munsell Soil Colur Chart, untuk mengamati warna tanah
g. Cangkul dan Sekop, untuk membuat profil tanah.
h. Ring sampel, untuk analisis permeabilitas
i. Plastik, tempat sampel tanah
j. Alat tulis menulis, untuk kegiatan pencatatan hasil pengukuran dan pengamatan.
k. Kamera, untuk dokumentasi
Alat Laboratorium:
a. Untuk menentukan permeabilitas tanah : tabung kuningan, gelas ukur, penyaring dan air bersih.
b. Untuk penetapan bahan organik digunakan alat : timbangan, tabung erlenmeyer250 ml, pipet tetes dan alat untuk penetrasi.
c. Untuk analisis tekstur tanah : gelas piala 800 ml, ayakan 2 mm, gelas silinder 500 ml, hidrometer, pinggang aluminium, saringan 0,05 mm, sprayer, mesin pengocok/pengaduk corong plastik, oven tanah 1050C, neraca analitik ketelitian 4 desimal, dan tissu roll.
d. Kaca pembesar (loupe), untuk interpretasi citra foto udara hitam putih.
e. Komputer untuk membuat peta dengan menggunakan software Map Info version 7.5.
3. Menjelaskan tahap penelitian evaluasi kemampuan lahan
Penelitian evaluasi kemapuan lahan dibagi secara tiga tahap yaitu pra kegiatan lapangan, kegiatan lapangan, dan pasca kegiatan lapangan. Ketiga kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:
Pra kegiatan lapangan
a. Studi kepustakaan yang relevan dengan kegiatan penelitian
b. Menyusunan proposal penelitian
c. Mengurus surat izin penelitian
d. Mengumpulkan bahan dan alat penelitian (nomor 2)
e. Mendeliniasi batas DAS (lokasi penelitian) dengan menggunakan peta rupabumi skala 1 : 50.000. Kegiatan deliniasi dilakukan dengan cara memperhatikan garis kontur yang menunjukkan igir dan lembah. Penarikan garis (deliniasi) untuk batas DAS dilakukan sepanjang garis kontur yang merupakan igir-igir pegunungan.
f. Membuat peta kelas kemiringan lereng tentatif berdasarkan peta rupabumi skala 1: 50.000. Pembuatan peta kelas lereng dengan menggunakan metode Wentworth dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : membagi peta topografi dalam grid-grid dengan ukuran tertentu (1 cm x 1 cm), membuat diagonal dalam grid yang memotong dan kurang lebih tegak lurus dengan kontur, mengukur panjang diagonal (L), menghitung jumlah kontur yang terpotong garis diagonal (N), kemudian dilanjutkan dengan menghitung besar lereng dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
α =
Dimana :
α = besar lereng L = panjang diagonal dalam peta
N = jum kontur yang terpotong S = angka penyebut dalam skala
lk =interval kontur
(Sungkowo dan Wiyono, 1994)
g. Membuat peta bentuklahan skala 1 : 25.000 melalui interpretasi citra foto udara hitam putih skala 1 : 25.000. Interpretasi citra dilakukan berdasarkan 7 (tujuh) kunci interpretasi yaitu : rona, warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan dan situs dengan menggunakan kaca pembesar (loupe), dan dengan kontrol melalui interpretasi peta rupabumi skala 1 :50.000 informasi/data tentang morfometri (kemiringan lereng, panjang dan bentuk lereng), relief dan kesan topografi diperoleh dengan memperhatikan pola dan kerapatan garis kontur. Pembuatan peta bentuk lahan juga tidak terlepas dari interpretasi peta geologi yang digunakan untuk mengetahui jenis/macam batuan dan struktur geologi.
h. Membuat peta satuan lahan tentatif skala 1 : 25.000 dengan menggunakan teknik tumpangsusun (overlay) melalui komputer dengan menggunakan software map info version 7.5. Adapun peta-peta yang dioverlay yaitu : kemiringan lereng, bentuklahan, jenis tanah, dan peta penggunaan lahan.
i. Menentukan titik sampel secara acak dengan pendekatan satuan lahan.
j. Merencanakan kerja lapang dan membuat jadwal kegiatan
Kegiatan lapangan
a. Uji lapang (survey) sebagai kegiatan penelitian pendahuluan
b. Mencocokkan dan membetulkan peta satuan lahan tentatif untuk pembuatan satuan lahan akhir
c. Mengamati dan melakukan pengukuran terhadap parameter-parameter lahan untuk penentuan kelas kemampuan lahan. Parameter-parameter tersebut meliputi: kemiringan lereng, tingkat erosi, kedalaman efektif tanah, tekstur (lapisan atas dan lapisan bawah), struktur tanah, singkapan batuan, darinase dan ancaman banjir
d. Pengambilan sampel tanah terusik dan tidak terusik untuk analisis di laboratorium. Sampel tanah terusik digunakan untuk analisi kandungan bahan organik dan tekstur tanah, sedangkan sampel tanah tidak terusik untuk analisis permeabilitas
e. Pengumpulan data curah hujan pada Kantor Meteorologi dan Geofisika (BMG) atau pada instansi yang terkait.
Pasca kegiatan lapangan
a. Menganalisis sampel tanah di laboratorium, meliputi analisis permeabilitas, tekstur, dan kandungan bahan organik
b. Mentabulasikan data-data hasil pengamatan lapang dan analisis laboratorium
c. Menganalisis data dengan metode perbandingan (matching) dengan tehnik analisis tabularis untuk menentukan kelas kemampuan lahan
d. Pembuatan peta kemampuan lahan dan peta tingkat kesesuaian bentuk penggunaan lahan dengan kelas kemampuan lahan menggunakan Software Map Info Version 7,5.
4. Menjelaskan variabel penelitian evaluasi kemampuan lahan
Variabel merupakan indikator terpenting dalam suatu penelitian. Menurut Masri Sangarimbun (1985) bahwa variabel yaitu konsep yang diberi nilai lebih dari satu nilai dan salah satu ciri pokoknya adalah berbentuk dikrit (diskrite) atau variabel bersambung (continius). Sudjana (1987) mengatakan bahwa varibel merupakan ciri dari individu, objek, gejala atau peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif. Hasil pegukuran bisa tetap bisa pula berubah-rubah.
Berdasarkan defenisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai dan menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian. Bertolak dari tujuan penelitan dan uraian di atas, maka variabel yang akan diteliti dalam evaluasi kemampuan lahan yaitu : 1) Kemiringan lereng, 2) Kepekaan erosi tanah, 3) Tingkat erosi, 4) Kedalaman efektif tanah, 5) Tekstur lapisan atas, 6) Tekstur lapisan bawah, 7) Permeabilitas, 8) Drainase, 9) Singkapan batuan, 10) Ancaman Banjir
5. Menjelaskan analisis data evaluasi kemampuan lahan
a. Tehnik analisis data adalah cara-cara yang digunakan untuk mengolah, mengkaji data dan informasi sehubungan dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai guna untuk menarik kesimpulan (Widoyo, 2001).
b. Adapun teknik analisis yang digunakan didalam penelitian evaluasi kemampuan lahan adalah : Teknik analisis kartografis, penerapan teknik kartografis didalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan sistem tumpangsusun (overlay) beberapa peta (kemiringan lereng, bentuklahan, jenis tanah dan peta penggunaan lahan) melalui komputer dengan menggunakan software map info version 7.5. Peta satuan lahan tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan didalam penentuan titik sampel yaitu dengan menggunakan teknik random sampling.
c. Teknik analisis tabulasi, dengan metode perbandingan (matching) berdasarkan kriteria Arsyad (1989). Artinya karakteristik lahan (kemiringan lereng, kepekaan erosi tanah, tingkat erosi, kedalaman efektif tanah, tekstur lapisan atas, tekstur lapisan bawah, struktur, permeabilitas, drainase, singkapan batuan, ancaman banjir) yang diperoleh dari hasil pengukuran lapang dan laboratorium diinventarisasi dalam bentuk tabel berdasarkan sistem pengklasifikasian yang dikemukakan oleh Arsyad (1989). Setiap satuan lahan pada dasarnya adalah berbeda, yakni memiliki karakteristik tersendiri.
d. Teknik analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan, juga digunakan didalam penelitian ini untuk memberikan gambaran dan penjelasan dalam konteks keruangan terhadap agihan (persebaran) dan gejala faktor pembatas pada tiap satuan lahan yang ada di lokasi penelitian.
1. Menjelaskan bahan penelitian evaluasi kesesuaian lahan
Bahan penelitian untuk evaluasi kesesuaian lahan adalah:
a. Peta tanah tinjau skala 1 : 125.000
b. Peta topografi skala 1 : 50.000
c. Peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000
d. Peta lereng skala 1 : 50.000
e. Peta bentuk lahan 1 : 50.000
f. Peta geologi skala 1 : 250.000
g. Citra foto udara pangkromatik hitam putih skala 1 : 25.000
h. Data curah hujan selama 11 tahun terakhir
i. Data produksi vegetasi yang dianalisa dari setiap satuan lahan kaitannya dengan karakteristik lahannya
j. Bahan-bahan kimia untuk analisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah di lapangan dan bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium
2. Menjelaskan alat penelitian evaluasi kesesuaian lahan
a. Alat laboratorium
1) Streoskop cermin untuk interpretasi foto udara
2) Transparansi
3) Pelengkap laboratorium untuk analisis tanah mengenai tekstur, KT, PH, N-total, P2O5 – tersedia, K2O – tersedia, toksisitas, dan drainase
4) Kertas kalkir
5) Pensil warna
6) Rotring
7) Mistar
b. Alat Lapangan
1) Altimeter
2) Bor tanah
3) Klinometer
4) Kompas geologi
5) Roll meter
6) Palu geologi
7) Sekop
8) Cangkul
9) Parang
10) Pisau belati
11) Kantong pelastik
12) Soil test kits
13) Kamera
14) Kaca pembesar (loupe)
15) Ring sampel
16) Buku pedoman pengamatan tanah dilapangan, dll
c. Alat bantu untuk analisa peta
3. Menjelaskan tahap penelitian evaluasi kesesuaian lahan
Adapun langkah‑langkah penelitian yang dilaksanakan berdasarkan tahapan tahapan sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Pada lahap ini dilakukan beberapa hal yaitu :
1) Observasi awal wilayah penelitian.
2) Studi perpustakaan yang berkaitan dengan topik dan permasalahan penelitian.
3) Mempersiapkan peta pengguanaan lahan, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta geologi.
4) Membuat peta satuan lahan dengan cara overlay empat peta tematik yaitu: peta penggunaan lahan, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta geologi.
5) Menentukan unit satuan lahan sebagai titik sampel berdasarkan hasil overlay.
6) Menyusun surat izin penelitian.
b. Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melakukan serangkaian kerja untuk memperoleh data primer dan data sekunder.
1) Pengumpulan data primer
Data primer dikumpulkan secara langsung di lapangan melalui pengarnatan dan pengukuran kualitas/karakteristik lahan, seperti tekstur tanah, pH tanah, drainase tanah, kedalaman efektif tanah. Data primer yang lain di analisis di laboratorium antara lain: P2O5, N Total, K2O, pH tanah, tekstur tanah, KTK.
2) Pengumpulan data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari kantor atau instansi yang terkait seperti: data curah hujan, intensitas radiasi matahari beserta peta dan lainnya yang diperlukan.
c. Tahap Pengolahan dan Analisis
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi :
1) Mengolah data, baik data primer maupun data sekunder kemudian mengklasifikasikan data tersebut ke dalam sesuai dengan keperluan.
2) Interpretasi peta‑peta tematik yang didapat dari kantor atau instansi terkait dengan menghitung luas berdasarkan satuan lahan.
3) Menganalisis data untuk menentukan kesesuaian dalam lahan tanaman dengan karakteristik lahan.
4) Menganalisis peta penggunaan lahan dan peta kesesuaian lahan untuk menentukan lokasi tanaman .
d. Tahap Penyusunan Hasil Penelitian
Semua data yang telah diolah dan dianalisis, selanjutnya disusun secara sistematis dalam bentuk laporan. Laporan akhir dilengkapi dengan peta tematik berupa; peta lokasi sampel tanah, peta lokasi penelitian, peta administrasi, peta jenis tanah, peta pH tanah, peta tekstur tanah, peta drainase tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta kemiringan lereng, peta singkapan batuan dan peta kesesuaian lahan untuk tanaman .
4. Menjelaskan variable penelitian evaluasi kesesuaian lahan
Dalam penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan” terdapat beberapa variabel yang akan dibahas:
a. Jumlah curah hujan adalah jumlah curahan yang terjadi dan tercatat oleh alat ukur curah hujan setempat yang dinyatakan dengan satuan milimeter (mm/tahun). Rata-rata curah hujan tahunan ditentukan dengan formula sebagai berikut:
Intensitas curah hujan = ......... (Hardjowigeno, 1995).
b. Temperatur rerata tahunan (°C), diperoleh dari stasiun klimatologi, diperoleh dengan mengkonversikan data tersebut dengan rumus Mock. T = 0,006 (Z1–Z2), di mana T = beda suhu udara dari ketinggian Z1–Z2. Z1 = ketinggian stasiun klimatologi (mt), Z2 = ketinggian lokasi penelitian (mt) (Zhiddiq, 2004).
c. Tekstur tanah. Pada prinsipnya analisis tektur merupakan pemisahan fraksi pasir, debu, dan liat. Penentuannya dilakukan di laboratorium. Kelas tekstur tanah yang digunakan adalah: S1) L, SCL, SiL, C, CL, SiCL, S2) SL, SC, SiC, C, S3) LS, StrC, N1) Td, dan N2) Kerikil, pasir (Zhiddiq, 2004).
d. pH tanah, tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi optimal tanaman, pH ditentukan dengan dua larutan yakni; H2O dan KCL dengan menggunakan perbandingan antara contoh tanah dengan larutan 1:2,5 dibedakan: 1) <>
b. Drainase tanah adalah mudah tidaknya tanah melepaskan air, baik melalui infiltrasi maupun aliran permukaan (run off). Secara kuantitatif data drainase dapat diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan, seluruh lapisan profil tanah dari atas sampai ke bawah diamati berdasarkan ada tidaknya bercak-bercak warna kuning, coklat, atau kelabu (Zhiddiq, 2004).
c. Kedalaman efektif tanah yaitu kedalaman tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman, yakni sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus akar tanaman, yang diperoleh dengan mengebor tanah sampai pada lapisan tanah yang tidak dapat ditembus akar tanaman, terdiri dari; 1) sangat dangkal <50> 150 cm (Zhiddiq, 2004).
d. KTK Tanah, adalah sifat kimia tanah yang erat kaitannya dengan kesuburan tanah. KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara yang lebih baik dari pada KTK yang rendah. KTK diamati pada lapisan top soil antara 0‑30 cm. Dibedakan 1) sangat rendah <> 25 (Zhiddiq, 2004).
e. N Total, berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dan untuk pembentukan protein, N total dianalisis di laboratorium. Persentase adalah sebagai berikut: 1) 0,51-0,75 ; 0,74 = tinggi; amat tinggi, 2) 0,21‑0,50 = sedang, 3) 0,10‑0,20 rendah, dan 4) <>
f. P2O5, berfungsi di dalam tanah antara lain untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang dan tahan terhadap penyakit (Zhiddiq, 2004). Unsur P2O5 dianalisis di laboratorium penilaiannya adalah sebagai berikut: 1) >20;16-20 = amat tinggi; tinggi, 2) 11‑15 = sedang, 3) 5‑10 = rendah, dan 4) <5>
g. K2O, berfungsi untuk pembentukan pati, mengaktifkan enzim, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolistik dalam sel, dan perkembangan akar. K2O tersedia dianalisis di laboratorium, yang dinilai adalah sebagai berikut: 1) > 60; 41-60 = tinggi; sangat tinggi, 2) 21-40 = sedang, 3) 10-20 = rendah, dan 4) < 10 =" sangat">
h. Tingkat Bahaya Erosi adalah perkiraan kehilangan tanah maksimum. Pada penelitian ini tingkat bahaya erosi dihitung dengan menggunakan metode tingkat kerapatan sungai. Adapun batasan yang menyatakan besarnya indek karapatan sungai, yaitu : Kurang dari 0,25 km/km2 maka disebut rendah, 0,25-10 km/km2 disebut sedang, 10-25 km/km2 disebut tinggi dan lebih dari 25 km/km2 disebut sangat tinggi (Hardjowigeno, 2003).
i. Singkapan batuan, ditentukan berdasarkan persentase luasnya di permukaan tanah Singkapan batuan berpengaruh terhadap penggunaan lahan dan pengelolaan lahan. Dinyatakan dalam persen masing‑masing yaitu; <>
j. Kemiringan lereng yaitu perbandingan antara beda ketinggian dengan jarak mendatar dari dua tempat yang berlainan. Nilai kemiringan lereng dinyatakan dalam satuan persen (Zhiddiq, 2004).
5. Menjelaskan analisis data evaluasi kesesuaian lahan
a. Teknik statistik deskriptif, yaitu analisis dari data data yang terkumpul baik yang sifatnya primer maupun data sekunder dalam bentuk tabel frekuensi. Dari tabel tersebut, kemudian diinterpretasikan untuk menjelaskan fenomena yang kemudian akan menghasilkan kesimpulan terhadap apa yang tergambar dalam tabel tersebut.
b. Teknik kartografis, yaitu semua data yang telah terkumpul dari hasil observasi yang telah disusun dalam tabel dapat dipetakan dengan metode tertentu. Peta peta tematik tersebut di overlay satu sama lain dan diinterpretasikan untuk menggambarkan peta kesesuaian lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.
FAO, 1976. Framework For Land Evolution. FAO Soils Bulletin.Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division.
Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Jamulya dan Woro Suprojo. Pengantar Geografi Tanah.1993. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sitorus, R. P. S, 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito, Bandung.
Sungkowo, A., dan Wiyono, Yudo. 1994. Petunjuk Praktikum Geomorfologi. Yogyakarta : Laboratorium Geologi Dinamis Seksi Geomorfologi UPN Veteran.
Zhiddiq, S. 2004. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Makassar: UNM.
0 komentar:
Posting Komentar