Home

Rabu, 16 Februari 2011

Bantuan Hidup Dasar



Sistem pernapasan dan sirkulasi

a.    Sistem pernapasan, fungsi :
Ø  Mengambil oksigen
Ø  Mengeluarkan CO2
Ø  Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran napas :
i.      Mulut/hidung
ii.     Faring
iii.    Larings
iv.   Trakea
v.    Bronkus
vi.   Bronkiolus
vii.  Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).
b.    Sistem sirkulasi, fungsi :
Ø  Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Ø  Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Ø  Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Ø  Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem sirkulasi, terdiri dari :
i.      Jantung
ii.     Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
iii.    Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
iv.   Saluran limfe

Pengertian mati klinis dan mati biologis
Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).
Tanda-tanda pasti mati :
a.    Lebam mayat
b.    Kaku mayat
c.    Pembusukan
d.    Tanda lainnya : cedera mematikan.

4 komponen rantai survival
a.   Kecepatan dalam permintaan bantuan
b.   Resusitasi jantung paru ( RJP )
c.    Defibrilasi
d.   Pertolongan hidup lanjut

3 komponen Bantuan Hidup Dasar
a.   A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b.   B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c.    C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.

2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas
Ø  Lidah ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
Ø  Benda asing ( pada bayi dan anak kecil )

2 macam cara membuka jalan napas
Ø  Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang      belakang).
Ø  Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
2 teknik untuk membersihkan jalan napas
Ø  Menempatkan posisi pemulihan
Ø  Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
Ø  Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
Ø  Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas  total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
Ø  Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
Ø  Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada

Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan pernapasan :
i.      Menggunakan mulut penolong :
Ø  mulut ke masker RJP
Ø  mulut ke APD
Ø  mulut ke mulut/ hidung
ii.     Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
Ø  penyebaran penyakit
Ø  kontaminasi bahan kimia
Ø  muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untk masing-masing kelompok umur penderita.
Ø  Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik
Ø  Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Ø  Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Ø  Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik

Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas
i.      Tanda pernapasan adekuat :
Ø  Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
Ø  Penderita tampak nyaman
Ø  Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
ii.     Tanda pernapasan kurang adekuat :
Ø  Gerakan dada kurang baik
Ø  Ada suara napas tambahan
Ø  Kerja oto bantu napas
Ø  Sianosis ( kulit kebiruan )
Ø  Frekuensi napas kurang/ berlebih
Ø  Perubahan status mental
iii.    Tanda tidak bernapas :
Ø  Tidak ada gerakan dada/ perut
Ø  Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
Ø  Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.

Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
Ø  Dewasa                  : 4 – 5 cm
Ø  Anak dan bayi          : 3 – 4 cm
Ø  Bayi                       : 1,5 – 2,5 cm

Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
Ø  Tidak ada respon
Ø  Tidak ada napas
Ø  Tidak ada nadi
Ø  Alas RJP harus keras dan datar

a.    2 macam rasio pada RJP
i.      Dewasa dikenal 2 rasio :
Ø  2 penolong    : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
Ø  1 penolong    :  5:1  (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
ii.     Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio  : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus
b.   Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
i.      Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
ii.     Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
iii.    Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )

c.    6 tanda RJP dilakukan dengan baik
i.      Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
ii.     Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
iii.    Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
iv.   Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
v.    Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
vi.   Nadi akan berdenyut kembali

d.    5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP
                  i.    Patah tulang dada/ iga
                 ii.    Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
                iii.    Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
               iv.    Luka dan memar pada paru-paru
                v.    Robekan pada hati

e.    4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan
i.      penderita pulih kembali
ii.     penolong kelelahan
iii.    diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
iv.   jika ada tanda pasti mati

f.     Kesalahan pada RJP dan akibatnya

KESALAHAN
AKIBAT
Penderita tdk berbaring pd bidang keras
PJL kurang efektif
Penderita tidak horisontal
Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang
Tekan dahi angkat dagu, kurang baik
Jalan napas terganggu
Kebocoran saat melakukan napas buatan
Napas buatan tidak efektif
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan buatan
Napas buatan tidak efektif
Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat
Patah tulang, luka dalam paru-paru
Rasio PJL dan napas buatan tidak baik
Oksigenasi darah kurang



Klasifikasi Tanah

Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kateori, yaitu:
1. Ordo
2. Subordo
3. Great group
4. Subgroup
5. Family
6. seri

Sistem klasifikasi tanah ini berbeda dengan sistem yang sudah ada sebelumnya. Sistem klasifikasi ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal:
1. Penamaan atau Tata Nama atau cara penamaan.
2. Definisi-definisi horison penciri.
3. Beberapa sifat penciri lainnya.

Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:
1. Alfisol
2. Aridisol
3. Entisol
4. Histosol
5. Inceptisol
6. Mollisol
7. Oxisol
8. Spodosol
9. Ultisol
10. Vertisol

Alfisol
 

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

Aridisol
 
 
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.

Entisol
 

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

Histosol
 
 
 Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

Inceptisol
 
 
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

Mollisol


Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.

Oxisol
 
 
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

Spodosol


Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

Ultisol


Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

Vertisol


Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.


Daftar Pustaka:
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman.